Kehidupan Sejatinya
Wahai orang yang berakal, adakah kehidupan Allah akan
berakhir? Adakah hubungan dengan Allah akan menemui titik penghabisan? Hubungan
dengan Ar-Rafiqul A’la itu sesungguhnya merupakan kehidupan itu sendiri.
Dalam haji wada’nya (haji perpisahan), Rasulullah SAW
berkhutbah di hadapan sekitar 120.000 orang, “Wahai manusia, dengar dan
perhatikanlah, sesungguhnya aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian selepas
tahun ini.”
Semuanya terdiam, sambil mendengarkan kata demi kata yang
diucapkan Rasulullah SAW.
Beliau menasihati dan berwasiat kepada mereka tentang
keterikatan mereka dengan Tuhan dan agama mereka. Ketika itu Allah menurunkan
ayat, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, Aku
sempurnakan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku ridha Islam menjadi agama kalian.”
Allah menghidupkan makna kehidupan yang dahsyat di
tengah-tengah mereka, dalam suasana perpisahan dengan Rasulullah SAW. Saat itu,
perpisahan dengan beliau adalah sebuah sisi kehidupan bagi umatnya setelah itu.
Kemudian Rasulullah SAW pun pulang ke kota Madinah.
Bulan Rabi’ul Awwal tiba.
Di awal bulan itu, tubuh Rasulullah SAW terasa lemah. Beliau
terserang sakit demam. Tubuhnya pun disirami air sejuk. Beliau bersabda,
“Siramilah aku dengan air supaya aku dapat keluar untuk mengucapkan salam
perpisahan dengan para sahabatku.”
Baginda pun disirami air itu, yang membuat tubuhnya terasa
lebih segar.

Kemudian beliau keluar rumah, melangkahkan kakinya dengan
diiringi kedua sepupunya, Ali bin Abu Thalib dan Fadhl bin Abbas, radhiyallahu
‘anhuma.
Beliau menemui para sahabat.
Saat melihat hadirnya Rasulullah SAW di tengah-tengah
mereka, tampak betapa kegembiraan menyemburat dari wajah para sahabat.
Kemudian Rasulullah SAW duduk di atas mimbarnya.

Para sahabat terdiam, bersiap untuk mendengarkan segala apa
yang akan diucapkan Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW pun berkhutbah, khutbah perpisahan. Beliau
bersabda, “Seseorang telah diberi pilihan, antara kehidupan di dunia atau
menjumpai Ar-Rafiqul A’la (“Sahabat Teragung”, Allah SWT).”
Rasulullah SAW pun kemudian mengulang-ulang kata itu, “Ar-Rafiqul
A’la, Ar-Rafiqul A’la, Ar-Rafiqul A’la…”
Wahai orang yang berakal, adakah kehidupan Allah akan
berakhir? Adakah hubungan dengan Allah akan menemui titik penghabisan? Hubungan
dengan Ar-Rafiqul A’la itu sesungguhnya merupakan kehidupan itu sendiri. Ucapan
Rasulullah SAW itu menandakan bahwa ia memilih kehidupan yang sejati.
Bagaimana para sahabat dan keluarga Nabi menyikapi
perpisahan dengan manusia yang paling mereka cintai itu? Apa saja wasiat-wasiat
Rasulullah SAW, apa pesan terakhir beliau? Bagiamana Malaikat Maut bersikap
ketika hendak mencabut nyawa Nabi? (Selengkapnya baca alKisahedisi 05/2011,
rubrik Kisah Utama).
JOIN ME /!! :)
BalasHapus